Fenomena ini mulai marak saat pagelaran AFF Cup pada akhir tahun lalu. Saat itu banyak supporter yang membunyikan air horn di Gelora Bung Karno. Hal ini saya rasakan langsung saat saya menonton pertandingan semifinal antara Indonesia melawan Filipina di Gelora Bung Karno. Tidak berhenti disitu, sampai sekarang penggunaan air horn seperti menjadi keharusan saat menonton sepakbola. Fenomena ini tidak hanya untuk pertandingan timnas, namun sudah menjalar ke pertandingan liga domestik.
Suara yang dihasilkan air horn saya rasa sangat mengganggu. Baik mengganggu supporter lain maupun mengganggu para pemain yang sedang bertanding. Suaranya yang menyerupai suara gerombolan lebah, kerap mengganggu komunikasi antar pemain di lapangan. Selain itu terkadang peluit wasit tidak terdengar karena bisingnya suara dari tribun penonton.
Saya kira penggunaan air horn di dalam stadion harus dihilangkan. Jauh lebih baik bila para supporter bernyanyi dari pinggir lapangan untuk mendukung tim kesayangannya. Dengan benyanyi, supporter bisa menunjukkan kreativitas lebih dibanding dengan hanya membunyikan air horn. Selain itu, pemain akan bersemangat bila mendengar nyanyian dukungan dari para supporter yang mengelu-elukan tim kebanggaannya. Saya ajak untuk para supporter untuk tidak membawa terompet, air horn, vuvuzela atau bunyi-buyian lainnya. Lebih baik kita bernyanyi diiringan drum. Karena jika terlalu bising, yel-yel dan nyanyian jadi kurang sakral dan merindingkan bulu kuduk. Maju terus supporter Indonesia !!
Forza Indonesia! :D
BalasHapusIndonesia !!!
BalasHapusprasaanku aja atau emang cuma indonesia yg pake air horn?
BalasHapussepertinya cuma indonesia. yang saya tahu di inggris penggunaan air horn di dalam stadion dilarang
BalasHapusklo itu sih gpapa namanya nonton bola kan harus rame.....kalo gk pakek air horn pasti sepi.....hha
BalasHapusjust my opinion
lebih baik bernyanyi daripada air horn
BalasHapus