Minggu, 06 November 2011

Liga Pecah, Persebaya Pecah

Persebaya Surabaya lahir pada tahun 1927. Dengan sederet prestasinya, Persebaya dikenal sebagai tim besar  di Indonesia. Dari tahun 1927 sampai 2010 hanya ada satu Persebaya walaupun beberapa kali berganti nama. Namu pada musim lalu Persebaya pecah menjadi dua. Perpecahan ini terjadi saat Persebaya memutuskan pindah ke LPI, namun ada pihak lain yang mengaku sebagai Persebaya dan berlaga di Divisi Utama. Alhasil, ada dua Persebaya, yaitu Persebaya 1928 dan Persebaya DU. Persebaya 1927 dibawah Saleh Mukadar bermain di LPI, sementara Persebaya DU dibawah Wisnu Wardhana bermain di Divisi Utama.
Banyak orang bingung yang mana Persebaya yang sesungguhnya. Semua mengaku menjadi Persebaya yang sah. Namun menurut pendapat pribadi saya, Persebaya DU-lah yang abal-abal. Ini bisa dilihat dari beberapa hal. Persebaya DU sebagian besar pemainnya adalah mantan pemain persikubar yang bubar, begitu pula pelatihnya. Sementara di Persebaya 1927, bertengger nama-nama tenar seperti Andik Vermansyah, Mat Halil, Taufiq, John Tarkpor yang selalu dielu-elukan para bonek. Dari sisi suporter,
persebaya DU hanya disaksikan oleh sedikit bonek, bahkan seringkali aparat yang mengamankan pertandingan lebih banyak dari bonek yang hadir. Berbeda dengan pertandingan Persebaya 1927 selalu dipadati bonek. Pemakaian nomor punggung 19 juga dipersoalkan. Nomor 19 adalah nomor yang diistirahatkan untuk menghormati Alm. Eri Irianto, namun di Persebaya DU nomor itu dipakai. Bagaimana mungkin sebuah tim lupa dengan sejarah timnya sendiri.
Dualisme ini tentu membuat para supporter tidak nyaman. Jujur saya malu melihat Persebaya DU hanya bisa menang bila bermain kandang dan sangat sering mendapat hadiah tendangan penalty untuk meraih kemenangan. Untung saja 30 September lalu, sidang exco PSSI memutuskan kedua Persebaya ini  merger. Dengan arti hanya ada satu Persebaya untuk menghadapi musim baru IPL.
“Untuk Persebaya diputuskan akan dibentuk PT baru sebagai pengelola, dengan komposisi saham 40 persen untuk anggota Persebaya, 30 persen PT Persebaya Indonesia (Saleh Mukadar), dan 30 persen untuk PT Mitra Muda Inti Berlian (Wisnu Wardhana),” ujar Tri Goestoro (anggota exco PSSI) dalam keterangannya kepada goal.com.
Namun semua itu berantakan. Pasalnya, Persebaya versi Wisnu, PT MMIB memilih jalan sendiri. Persebaya Wisnu mengambil langkah untuk ikut kompetisi di bawah naungan PT Liga Indonesia (LI). Bukan PT Liga Prima Indonesia Sportindo yang dibentuk pengurus PSSI saat ini.  Tentang adanya dua liga ini bisa dibaca di postingan saya sebelumnya.
Untuk mengarungi kompetisi musim depan, Persebaya versi Wisnu membuka seleksi pemain. Seleksi pemain Persebaya Wisnu banjir peminat. 54 pemain menghadiri seleksi tersebut. Saya tak habis pikir, ternyata masih banyak pemain percaya pada Persebaya WW, mengingat musim lalu Wisnu Wardhana menunggak gaji pemain selama satu musim penuh.
Bersatunya Persebaya hanya sementara. Perpecahan kembali terjadi. Perpecahan klub tidak hanya terjadi di Persebaya, namun juga menimpa Persija Jakarta dan Arema. Konflik kepentingan kental terasa di sepakbola Indonesia. Semua mengutamakan kepentingan pihak tertentu.
Kini Persebaya pecah lagi menjadi dua. Dahulu ada Persebaya 1927 dan Persebaya DU, entah akan ada Persebaya apa lagi musim depan. Harapan saya, semoga dua Persebaya yang ada ini berprestasi di liganya masing-masing sehingga bisa membuat publik Surabaya bangga. Tulisan ini hanya merupakan beberapa opini pribadi saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar