Halo pembaca. Kali ini saya akan menulis tentang sebuah film yang saya lihat saat mengikuti kuliah Ketrampilan Interpersonal (KI). Saat itu, waktu kuliah hanya digunakan untuk melihat film tanpa ada materi. Memang mata kuliah KI adalah mata kuliah yang menyenangkan. Film yang disajikan saat itu berjudul “Alangkah Lucunya Negeri Ini”.
Dari judulnya, mungkin anda mengira ini adalah film komedi. Memang di beberapa bagian film ini kita bisa tersenyum dan tertawa. Namun sesungguhnya film yang disutradarai oleh Deddy Mizwar ini memiliki banyak sekali pesan moral. Film ini mencoba mengangkat potret nyata yang ada dalam kehidupan bangsa Indonesia. Film ini diperankan oleh bintang-bintang ternama di Indonesia, diantaranya Reza Rahardian, Slamet Rahardjo, Tio Pakusadewo, dan Rina Hasyim. Sang sutradara pun ikut serta memerankan salah satu karakter di dalam filmnya.
Karena saya tidak bisa menyediakan filmnya disini, saya akan kutip synopsis film ini yang saya ambil dari Wikipedia agar pembaca yang belum pernah menyaksikan “Alangkah Lucunya Negeri Ini” bisa mengetahui jalan ceritanya. Berikut sinopsisnya.
“Sejak lulus S1, hampir 2 tahun Muluk belum mendapatkan pekerjaan. Meskipun selalu gagal tetapi Muluk tidak pernah berputus asa. Pertemuan dengan pencopet bernama Komet tak disangka membuka peluang pekerjaan bagi Muluk. Komet membawa Muluk ke markasnya, lalu memperkenalkan kepada bosnya bernama Jarot. Muluk kaget karena di markas itu berkumpul anak-anak seusia Komet yang pekerjannya adalah mencopet.
Akal Muluk berputar dan melihat peluang yang ia tawarkan kepada Jarot. Ia meyakinkan Jarot bahwa ia dapat mengelola keuangan mereka, dan meminta imbalan 10% dari hasil mencopet, termasuk biaya mendidik mereka.
Usaha yang dikelola Muluk berbuah, namun di hati kecilnya tergerak niat untuk mengarahkan para pencopet agar mau mengubah profesi mereka. DIbantu dua rekannya yang juga sarjana, Muluk membagi tugas mereka untuk mengajar agama, budi pekerti dan kewarganegaraan.”
Dari film ini bisa kita lihat kenyataan di negeri kita tercinta ini. Muluk yang sulit mendapatkan pekerjaan. Hal ini mencerminkan banyaknya pengangguran di negeri ini walaupun mereka adalah sarjana. Ini desebabkan sedikitnya lapangan kerja yang tersedia. Bukankah dalam undang-undang disebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pekerjaan yang layak.
Dalam film ini juga bisa kita lihat kenyaatan tentang anak-anak yang menjadi pencopet. Mereka lebih memilih menjadi pencopet ketimbang bersekolah. Mereka berfikir sekolah tidaklah penting, yang mereka butuhkan bukanlah pendidikan melainkan uang untuk bertahan hidup. Pemikiran ini harus dibuang jauh-jauh agar para penerus bangsa dapat mendapat pendidikan dengan baik, dengan moral yang baik pula.
Para pencopet adalah pencuri jalanan dengan skala kecil. Sementara di gedung-gedung megah juga ada para pencopet uang negara dengan skala besar. Sebutan mereka adalah koruptor. Mereka tidak ada bedanya dengan pencopet, bahkan lebih hina dari para pencopet jalanan. Banyak pencopet yang diadili, tetapi para koruptor lepas dari hukuman. Walaupun pekerjaan sebagai pencopet tetap saja tidak dibenarkan. Di akhir film ini diceritakan para pencopet itu beralih profesi ke profesi yang halal yaitu menjadi pengasong. Namun, walaupun mereka mencari uang dengan halal, tetap saja dikejar-kejar oleh satpol PP.
Semoga pasal 34 UUD 1945 yang berbunyi “Fakir miskin dan anak-anakyang terlantar dipelihara oleh negara” dapat diterapkan dengan baik di negeri kita tercinta ini. Dan semoga Indonesia menjadi lebih baik lagi. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar